Antara memilih dan dipilih

Posted: 6 April 2011 in OPINI

*Oleh : Alifah Nabilah (Ketua Umum HMI Komisariat Psikoogi UMM)

Sebelum membaca terlalu panjang lebar, dimohon pembaca bersedia melakukan kontrak bacaan terkait judul ini dngan saya. Pertama, apa yang tertulis pada bagian ini merupakan murni sudut pandang dari penulis. Kedua, penulis membebaskan pembaca untuk berpendapat sesuai dengan pemikirannya, sehingga protes diperbolehkn dalam hal ini.  Namun, silahkan dipatri baik-baik pendapat anda pada sanubari masing-masing. Terimakasih.

Baiklah. Karena pembaca yang saya hormati telah melanjutkan pada paragraph yang kedua, saya anggap, pembaca menyepakati persetujuan yang telah saya ajukan.

Saya bingung akan memulai dari mana. Tapi seseorang memberikan usul efektif kepada saya, bila ingin memulai sesuatu bahasan, mulailah dari awal. Wow. Solusi cerdas. Saya kira. Jadi, saya akan memulai dari awal. Saya memberi judul pada tulisan ini “Antara Memilih dan Dipilih”. Apa yang terpikir oleh kawan-kawan tentang hal itu. Oke, apa pun itu. Silahkan diekspresikan masing-masing. Bagi saya, memilih dan dipilih merupakan 2 imbuhan yang berasal dari satu kata, pilih. Yang pertama dengan pembawaan aktif, berikutnya bersifat pasif. Sesuatu yang sama atau hampir sama, karena keduanya tidak benar-benar sama. Dengan banyak makna yang bertolak belakang.

Memilih. Saya suka melakukan itu. Apa pun itu. Dan saya kira, suka atau tidak, masing-masing kita melakukan itu. Saat menetapkan apa yang akan dimakan hari ini, memesan apa diwarung yang kita kunjungi bersama teman, atau pun arah mana yang kita lewati untuk jalan pulang. Semuanya berhubungan dengan proses memilih. Sesuatu yang terus kita lakukan, sering tak berkesan dalam hidup. Namun menentukan arah hidup. Sepakat atau tidak, tidak perlu anda teriakkan, cukup direnungkan saja sebagai bahan bagi diri sendiri.

Dipilih. Sesuatu yang lebih bersifat pasif. Hal yang mudah, mungkin jauh lebih mudah daripada memilih. Karena ini tidak mengakibatkan kita memutar otak terlalu heboh. Saya coba mencari-cari sampel sederhana yang dapat menggambarkan seseorang berada pada situasi dipilih. Dan yang saya dapatkan adalah, seperti ini. Ketika saya mengirimkan berkas masuk Perguruan Tinggi, yang pada zaman saya disebut dengan PMDK. Saya merelakan diri saya sebagai seseorang yang apakah dipilih atau tidak menjadi mahasiswa di PT tersebut. Begitu tidak bertenaganya, saya hanya menunggu dan berharap-harap cemas. Karena tidak ada lagi yang dapat saya lakukan selain dan menunggu serta berdoa. Jika memang anda adalah seseorang yang mempercayai doa sebagai salah satu metode yang dapat menghasilkan sebuah miracle dalam hidup anda. Ini angat tidak adil ketika disatu sisi anda mempercayai bahwa manusia diberikan akal untuk berpikir dan itu adalah yang membuat ia berbeda dari mahkluk yang lain. Dan dilain kesempatan anda juga mempercayai bahwa dengan berdoa dan melakukan kegiatan ‘iseng-iseng berhadiah’ anda akan mendapatkan hal lebih tanpa perlu banyak mengeluarkan tenaga. Jadi apakah dipilih kemudian menjadi hal yang menyenangkan?

Antara memilih dan dipilih. Nampaknya tidak ada perbedaan yang signifikan, selain yang satu berada diujungkutub yang lainnya. Dan bahkan, yang begitu fantastis adalah, ketika anda menentukan diri sebagai orang yang memilih atau pun untuk dipilih adalah sebuah pilihan.

Leave a comment